Kebiasaan berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari masyarakat di dunia ini memaksa para produsen
untuk berpikir kreatif dan membuat inovasi dalam menyediakan kebutuhan
tersebut, termasuk dalam menggunakan kantong plastik. Namun, ada
beberapa isu yang berkaita dengan proses produksi, penggunaan, dan
penggunaan sekali pakai dari kantong plastik itu sendiri, yang mungkin
(informasinya) tidak jelas bagi pengguna, tapi hal ini sangat penting
untuk diinformasikan. Dengan mencari tahu mengenai daur hidup kantong
plastik, kita dapat lebih memahami jejak ekologis dan solusi yang
efektif untuk menangani dampak negatif dari penggunaan kantong plastik
(Ellis et al, 2005).
Proses Produksi Kantong Plastik
Istilah “plastik” mengandung beberapa
bahan-bahan organik, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, klorin, dan
sulfur, dimana bahan-bahan organik itu memiliki sifat serupa seperti
yang tumbuh secara alami pada kayu dan damar. Plastik adalah polimer.
Definisi ringkas mengenai polimer adalah sesuatu yang terbentuk dari
beberapa unit satuan terkecil. Polimer dibayangkan seperti rantai.
Masing-masing dari mata rantai itu adalah satuan terkecil yang biasanya
terbuat dari karbon, hidrogen, oksigen, dan/atau silikon.
Kantong plastik itu sendiri terbuat dari
etilen, gas yang yang didapatkan dari hasil sampingan produksi minyak,
gas, dan batu bara. Etilen yang dibuat menjadi polimer-polimer (rantai
dari molekul-molekul etilen) disebut polietilen. Polietilen ini dibuat
menjadi pelet-pelet (butir-butir), dimana pelet ini yang digunakan
produsen untuk membuat berbagai barang, salah satunya kantong plastik.
Ada dua macam kantong plastik – yang
lebih ringan, kantong yang tipis yang biasa kita dapat dari supermarket
atau toko-toko makanan lainnya, dan kantong yang lebih berat seperti
dari toko pakaian. Kantong HDPE atau high density polyethylene bersifat kaku, tipis, dan dan tidak transparan. HDPE biasanya digunakan di toko-toko pakaian. Sedangkan, LDPE atau low density polyethylene bersifat
tebal, halus, transparan, dan mengkilap. LDPE digunakan sebagai kantong
belanja plastik dengan pegangan terpasang diatasnya. Tidak seperti
HDPE, LPDE tidak bisa didaur ulang (Gogte, 2009).
Dampak Penggunaan Kantong Plastik
1. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan
Kantong plastik terbuat dari sumber daya
alam yang tidak terbarukan (minyak mentah, gas alam, dan sumber daya
lainnya) dan dalam berbagai aktivitas manusia, hanya digunakan sekali
pakai. Meskipun masih banyak orang yang beranggapan bahwa penggunaan
kantong plastik membanti aktivitas sehari-hari (Sampford et al,
2010). Energi yang digunakan untuk membuat satu plastik HDPE adalah
0,48 megajoule (MJ). Sebagai gambaran, sebuah mobil dikemudikan sejauh
satu kilometer setara dengan memproduksi 8,7 buah kantong plastik (Biro
Statistik Australian, 2004 dikutip oleh Ellis et al, 2005).
2. Sampah
Alasan utama mengapa harus mengurangi
penggunaan plastik adalah karena kantong-kantong plastik tersebut tidak
dibuang dengan benar dan menjadi sampah yang akan bertahan selama
ratusan tahun lamanya (Sampford et al, 2010).
3. Berbahaya untuk Satwa Liar
Kantong-kantong plastik yang dibuang
bisa jadi berbahaya bagi satwa liar. Kantong-kantong plastik tersebut
bisa melukai atau bahkan membunuh satwa-satwa tersebut, bisa jadi karena
tertelan oleh satwa tersebut atau satwa tersebut terjerat dalam
kumpulan-kumpulan kantong plastik. Kura-kura, contohnya, bisa jadi mati
akibat menelan kantong plastik yang dikira ubur-ubur. Seekor buaya yang
tertangkap di Queensland, Australia, pada tahun 2008 dilaporkan mati
akibat memakan kantong plastik, yang ditemukan didalam perutnya, hal ini
membuktikan bahwa kantong plastik tidak bisa dicerna (Sampford et al, 2010).
Paling menyedihkan, lebih dari satu
miliar burung laut dan mamalia meninggal setiap tahun dari konsumsi
plastik. Di Newfoundland, 100.000 mamalia laut mati setiap tahun karena
menelan plastik. Namun, dampak dari kantong plastik tidak berakhir
dengan kematian dari satu binatang, ketika seekor burung atau mamalia
meninggal dan kemudian terurai, kantong plastik akan dilepaskan lagi ke
lingkungan yang akan dicerna oleh hewan lain (Ellis et al, 2005).
4. Polusi Udara dan Air
Polusi udara yang disebabkan oleh emisi dari senyawa kimia beracun dan CO2
selama pembuatan kantong plastik merupakan bagian yang penting dari
dampak lingkungan produk ini. Menurut Institute for Lifecyle
Environmental Assesment (1990) pembuatan dua buah kantong plastik
menghasilkan 1,1 kg polusi udara yang berkontribusi terhadap terjadinya
hujan asam dan kabut asap. Hujan asam dikenal sebagai ancaman serius
terhadap lingkungan alami dan buatan oleh manusia, khususnya pada daerah
yang sangat bergantung pada batu bara, seperti Eropa Timur. Kabut asap
juga merupakan masalah yang penting, karena berkaitan dengan kesehatan
manusia. Selain itu, pembuatan dua buah kantong plastik menghasilkan 0,1
g limbah yang dicemarkan melalui air, yang mana memiliki kemampuan
untuk mengganggu ekosistem terkait, seperti saluran air dan kehidupan
didalamnya (Institute for Lifecyle Environmental Assesment, 1990 dalam
Ellis et al, 2005).
5. Mobilisasi
Bersamaan dengan proses produksi,
kantong plastik tersebut dikirimkan ke seluruh dunia. Australia
mengimpor 4 miliar tas tiap tahunnya (Australian Bureau of Statistics,
2004). Kontainer kapal yang digunakan pun menggunakan bahan bakar minyak
yang menghasilkan lagi polutan yang lebih tinggi. Sebagai gambaran,
dari sekitar 4-5 triliun kantong plastik yang dihasilkan per tahun,
Amerika Utara dan Eropa Barat menghasilkan hampir 80 persen, dengan AS
pada akhirnya membuang 100 miliar kantong plastik setiap tahunnya.
Australia menggunakan 7 miliar kantong plastik tiap tahunnya, dimana 53
persen berasal dari supermarket. Inggris mengkonsumsi antara 8-10 miliar
kantong plastik tiap tahunnya, dan di Taiwan jumlah ini meningkat
menjadi 20 miliar. Jejak ekologis dari kantong plastik tumbuh sejalan
dengan meningkatnya data statistik (Ellis et al, 2005).
6. Dampak Kesehatan
Emisi beracun yang dihasilkan selama
produksi kantong plastik berkontribusi terhadap hujan asam, kabut asap,
dan banyak bahaya lain yang terkait dengan penggunaan minyak bumi, batu
bara, dan gas alam, seperti kesehatan kondisi penambang batubara dan
dampak lingkungan yang terkait dengan pengambilan gas alam dan minyak
bumi. Dampak terhadap kesehatan manusia mungkin adalah yang paling
serius berkaitan dengan kantong plastik, mulai dari masalah kesehatan
yang berhubungan dengan emisi. Kantong plaatik yang menyumbat pipa
saluran pembuangan, membuat air tergenang, dan menghasilkan habitat yang
ideal bagi nyamuk dan parasit lain yang memiliki potensi untuk
menyebarkan sejumlah besar penyakit, seperti demam berdarah dan malaria
(Ellis et al, 2005).
Kurangi Penggunaan Kantong Plastik
Ada beberapa dukungan untuk membatasi
penggunaan kantong plastik. Meskipun kebanyakan konsumen merasa nyaman
diberi kantong plastik untuk membawa barang yang dibeli, ada kemungkinan
bagi konsumen untuk membawa tas pakai ulang sendiri, membawa pembelian
mereka tanpa tas, menggunakan kardus bekas, atau membeli tas yang dapat
digunakan lebih dari satu kali. Ada beberapa tas yang tersedia sebagai
alternatif kantong plastik, seperti tas yang terbuat serat alami atau
tas kain.
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2012,
Carrefour membebankan harga bagi kantong plastik yang dikeluarkan untuk
membawa barang yang dibeli konsumen, selain menyediakan tas pakai ulang
yang bisa dibeli dan digunakan ulang. Kota Bandung pun mengeluarkan
peraturan daerah yang mengatur mengenai pengurangan penggunaan kantong
plastik baik dari pihak produsen, peritel, maupun konsumen. Kota Bandung
menjadi kota pertama di Indonesia yang memiliki peraturan mengenai
upaya pengurangan penggunaan kantong plastik. Awal tahun 2013, Super
Indo melakukan hal yang sama dalam upaya mengurangi penggunaan kantong
plastik dengan program “Gunakan Reusable Bag, Dapatkan Cash Back”.
Sumber : http://dietkantongplastik.info/belanja-tanpa-kantong-plastik/#.UZOnfILrYnU